Teknologi dan Moralitas: Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital
.png)
Pada tahun 2000an di pendidikan Sekolah Dasar, anak-anak lebih dulu mengenal “Budi pergi ke pasar”, dibandingkan swipe video YouTube. Gadget bukan lagi menjadi sebuah barang yang mewah, tetapi sudah seperti teman sehari-hari dengannya bahkan bisa dibilang sahabat paling setia. Seiring kuatnya perkembangan teknologi, mengakibatkan muncul satu pertanyaan "bagaimana pendidikan karakter?"
Teknologi memang memiliki banyak manfaat. Belajar menjadi lebih mudah, materi pelajaran bisa diakses kapan aja, dan siswa bisa terhubung dengan informasi dari seluruh dunia. Tentu dengan kuatnya perkembangan akses digital juga dapat membawa tantangan yang besar, terutama dalam pembentukan karakter anak "generasi bangsa".
Anak-anak sekarang sudah akrab dengan media sosial sejak usia dini. Nilai-nilai seperti empati, kejujuran, atau tanggung jawab sudah mulai ditenggelamkan di layar hp. Konten viral yang dilihat lebih cepat membentuk pola pikir daripada nasihat orang tua atau guru. “Toxic” bukan cuma kata gaul, tapi kadang memang jadi cerminan lingkungan.
“Anak sekarang bisa punya dua kepribadian. Satu di dunia nyata, satu lagi di dunia maya,” ujar Ibu Rini, seorang guru SMP di kota Pekanbaru. “Yang lebih mirisnya, karakter yang mereka tunjukkan di media sosial kadang jauh dari nilai-nilai yang kami ajarkan di sekolah.”
Melihat fenomena ini, sudah seharusnya sekolah mulai sadar bahwa pendidikan karakter tak bisa disampaikan dengan cara lama. Memberikan ceramah panjang kali lebar, yang dilakukandi kelas sudah tak cukup lagi, karena anak-anak butuh pendekatan baru, yang lebih relevan dengan kondisi saat ini.
Beberapa sekolah kini mulai menerapkan program digital character building. Isinya? Pembelajaran etika digital, diskusi kasus nyata di media sosial, hingga pelatihan berpikir kritis soal informasi yang mereka dapatkan secara daring.
“Kalau dulu kita bahas soal gotong royong di lingkungan rumah, sekarang kami diskusikan juga soal komentar negatif di media sosial,” kata Pak Arman, guru BK di sebuah sekolah negeri di kota Pekanbaru. “Kita ajak siswa diskusi: apa dampaknya kalau kamu asal bicara di internet?”
Orang Tua memiliki peran Mendidik
Beban pendidikan karakter bukan hanya menjadi tugas guru. Orang tua pun memiliki peran yang sangat penting. Banyak dari Orang tua justru masih "kudet" terhadap teknologi atau bahkan malah sibuk sendiri dengan ponselnya masing-masing.
“Kadang yang menjadi akar permasalahan bukan anaknya, tapi orang tuanya." “Bagaimana anak mau belajar etika di bersosialisasi kalau di rumahnya aja mereka melihat ayah dan ibunya sibuk debat politik di Facebook sampai tengah malam?”
Beberapa sekolah sudah harus mulai melibatkan orang tua dalam program literasi digital berbasis keluarga. Harapannya agar nilai-nilai karakter dapat dibangun secara konsisten di rumah maupun di sekolah.
Kepribadian Tak Bisa Didownload
Teknologi memang berkembang dengan cepat, namun karakter seorang anak tidak bisa di-download via google. Karakter seorang anak dalam pertumbuhannya butuh proses, keteladanan, dan ruang diskusi. Anak-anak perlu diajak berdiskusi, bukan hanya seorang anak itu tuntut sekadar patuh, mereka pun butuh diajak berbicara, bukan sekadar diberi nasihat.
Memang ini bukanlah tugas yang mudah, ketika dunia luar banyak menawarkan tersedia secara instan konten-konten edukasi, hiburan tanpa batas, dan tren yang berubah tiap minggu, guru dan orang tua juga harus bekerja ekstra keras untuk memastikan anak-anak tetap punya tujuan hidup dan moral yang kuat.
Dengan segala kemajuan teknologi, satu hal tetap harus diingat bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk manusia, bukan sekadar mampu menggunakan gadget secara cerdas. Anak-anak bukan robot yang diprogram, tapi individu yang perlu dibimbing agar tetap punya empati, tanggung jawab, dan integritas terhadap sesama.
Pendidikan karakter di era digital bukan berarti menolak teknologi, tapi menjadikannya alat untuk menguatkan nilai. Gadget yang dimiliki boleh aja kok canggih, tapi karakter yang kuat akan jadi penentu masa depan mereka.
_____
Semoga bermanfaat
Post a Comment for "Teknologi dan Moralitas: Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital"