Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kebahagiaan Sejati "Harta yang tak Terlihat

Banyak pandangan orang dalam memaknai arti kata bahagia. Ada yang berpendapat bahwa bahagia itu sederhana, sesederhana mencuci pakaian kemudian menemukan uang saat akhir bulan, atau menjalani hidup bersama orang yang kita sayangi dan menyayangi kita. Ada juga yang berpendapat bahwa bahagia itu ketika punya uang banyak. Padahal kita tahun bahwa banyak miliarder pun yang tidak bahagia yang akhirnya meninggal dunia dengan cara bunuh diri.

Salah seorang miliarder dari negara Jerman, dengan kekayaan miliar dollar Amerika, hal tersebut tidak membuatnya bahagia. Sehingga memilih menabrakkan diri sendirik ke kereta yang sedang melaju kencang. Ada pula yang mengatakan bahwa saat itu ia sedang terkenal dan populer, padahal kita tahu bahwa banyak artis-artis Jepang, Korea ataupun negara lain yang meninggal bunuh diri.

Mereka-mereka ini merupakan potret untuk membuktikan bahwa standar kebahagiaan itu bukan seberapa kaya, dan tenarnya seseorang. Mereka tidak bisa menterapi diri sendiri, Bahkan ada seorang tokoh psikolog, yang menjadi pusat kiblat para psikolog dari penjuru negara, yaitu Sigmund Freud, ia meninggal juga dengan cara bunuh diri. Oleh sebab itu maka kita harus meluruskan sebenarnya kebahagiaan kita itu karena apa?

Dan para ulama ternyata sudah memberikan contoh dan mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan seseorang karena ilmu agama.

Karena apa? Kita bisa menjadi orang yang berbahagia ketika kita dibersamai dan memiliki ilmu agama. Karena dengan ilmu tersebut kita menjadi tau bagaimana harus bersikap yang benar. Saat mendapatkan musibah kita bersabar, saat mendapatkan nikmat kita bersyukur dan saat berbuat dosa kita memohon ampun.

Kita bisa menjadi orang yang berbahagia ketika kita dibersamai dan memiliki ilmu agama. Ilmu agama menjadi prioritaas utama dalam pilar-pilar kebahagiaan, itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW selalu mengulang-ulang permintaan ilmu bermanfaat. Setelah subuh beliau selalu berdoa,

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima."

Para ulama berkata, bahwa ada 3 hal yang diminta Nabi Muhammad SAW setiap hari terkait 3 pilar kebahagiaan, yang mana jika 1 hari saja kita lupa dari 3 hal ini, maka akan hampa rasanya hari-hari kita dan jauhnya kita dari kebahagiaan. Karena pilar kebahagiaan ini terdapat pada ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, serta amal yang diterima.

Pertama, Ilmu yang bermanfaat menjadi permintaan Nabi Muhammad SAW yang pertama.

Dapat kita ambil pelajaran, bahwa ilmu yang bermanfaat harus senantiasa dipanjatkan, diminta, dan diharapkan selalu kepada Allah. Karena pada doa ini mengandung faidah yang melimpah, yaitu:

1. Ilmu itu asas pokok dari segala hal, maka dari itu ilmu yang bermanfaat diminta terlebih dahulu sebelum rezeki yang baik dan amal yang dapat diterima. Karena dengan ilmu yang bermanfaat kita akan dapat membedakan mana rezeki yang halal dan rezeki yang haram. Dengan ilmu yang bermanfaat kita bisa tau manakah amal yang diterima dan manakah amal yang tidak akan diterima.

2. Meminta rezeki yang baik sebelum amal yang diterima, Mengapa? Karena rezeki yang kita peroleh akan menentukan bagaimana semangat kita dalam beramal. Allah berfirman dalam QS. Al-Mukminum [23]: ayat 51

كُلُوا۟ مِنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَٱعْمَلُوا۟ صَٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh.”

Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita dan rezeki yang kita peroleh, akan menentukan semangat kita untuk beramal. Ketika rezeki yang masuk adalah yang halal maka semakin mudah beramal untuk ketaatan. Dan jika rezeki yang kita peroleh, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya yang haram, baik dzat ataupun mendapatkannya maka akan membuat badan lesu, lemah dan tidak semangat melakukan ketaatan. Inilah yang menjadi sebab banyaknya orang-orang yang suka mabuk, pakai obat terlarang, dan sangat sulit untuk beribadah kepada Allah SWT.

Imam Bukhari rahimahullahu sampai membuat judul bab “Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal” hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Muhammad [47]: ayat 19

فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰت

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang berhak di sembah kecuali Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.”

Di awal ayat dikatakan فَٱعْلَمْ yang berarti maka ketahuilah, maka ilmuilah. Isyarat untuk berilmu sebelum melakukan sesuatu. أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ : mengisyaratkan القول : mengisyaratkan amal.

 

Orang yang belajar ilmu agamanya dengan benar, tidak akan mengambil solusi dengan cara bunuh diri dalam hidupnya. Ornag-orang yang jauh dari ilmu agamalah yang akan mengambil solusi bunuh diri sebagai jalan untuk mengakhiri hidupnya, karena menganggap dengan bunuh diri akan menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dan menganggap bahwa meninggalnya itu merupakan peristirahatannya terakhir. Padahal dengan taunya kita dengan ilmu agama, tidak demikian kenyataannya. Alam kubur bukan tempat peristirahatan terakhir kita, hanya sebatas tempat transit, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. At-Takatsur ayat 2

حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ

“Sampai kamu masuk ke dalam kubur.”

Dikatakan زُرْتُمُ : dari kata ziarah, hanya sebentar. Maka ini menunjukkan di dalam kubur merupakan tempat sementara, dan masih akan ada tahapan-tahapan kehidupan dimana kita akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah pernah kita lakukan oleh Allah.

___
Semoga bermanfaat

Post a Comment for "Kebahagiaan Sejati "Harta yang tak Terlihat"