Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Panduan "Self-Healing" Perspektif QS. Al-Insyirah



Kita sering merasa lelah yang bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental. Baru merasakan bangun pagi namun sudah merasakan capek, entah itu dikarenakan dikejar deadline kerjaan yang sudah menumpuk, ekspektasi keluarga yang terlalu tinggi, persoalan hati yang nggak kelar-kelar, dan scroll media sosial kadang malah membuat overthinking.

Tapi bukan hanya kamu aja kok yang merasakan. Survei yang dilakukan oleh WHO dan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey pada tahun 2022, sekitar 1 dari 3 remaja dan dewasa muda di Indonesia mengalami gangguan mental ringan hingga sedang. Dan yang paling banyak? Merasa cemas secara dan lelah fisik serta mental. Makanya saat ini muncul istilah "healing" atau "self-reward". Dan healing itu banyak dipahami sebatas menyendiri di sebuah tempat yang tenang dan tentram dari hiruk-pikuknya dunia. Memangnya apa iya healing itu cuma staycation, sambil rebahan nonton Netflix, atau minum kopi sambil pasang caption “healing dulu ga sih gaes”.

Dalam QS. Al-Insyirah yang terdiri dari 8 ayat, setiap ayatnya dapat menjadi sebagai support sistem yang luar biasa. 

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?" (QS. 94:1)

Pada pembukaan surat ini Allah jelas menyatakan “Hai, kamu masih ingat nggak saat hatimu dilapangkan? Saat kamu berhasil melewati yang kamu pikir nggak mampu melewatinya?” Kita sudah sering sekali diingatkan, bahwa kelapangan hati kita itu benar-benar ada. 

Banyak yang salah memahami kalau Healing itu dianggap, cara untuk kabur dari keadaan. Padahal kalau dalam perspektif Islam, healing itu bukan tentang “lari dari masalah”, tapi “coba kita tempatkan masalah itu posisinya ada dibawah solusi, bukan solusi yang ada dibawah masalah”.

وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ ٱلَّذِىٓ أَنقَضَ ظَهْرَكَ

"Dan Kami telah menghilangkan beban darimu, yang memberatkan punggungmu." (QS. 94:2–3)
Apa definisi “beban” di sini? mufassir klasik seperti Ibn Katsir menjelaskan bahwa "beban" dapat berupa psikologis, seperti; kegelisahan, merasa gagal, merasa nggak cukup, atau gelisah dengan kritik dari orang-orang.

Allah mengetahui kok kalau kita memang sudah ditetapkan beban masing-masing. Tapi Allah pun juga mengajarkan bahwa beban itu bukan buat ditanggung sendirian, healing dalam Islam dimulai dari menyadari bahwa kamu itu tidak sendiri.

Realita yang terjadi sekarang terlalu banyak memiliki pilihan dan tuntutan. Mau sukses? Harus bekerja keras, multitasking, good looking, punya passive income, memiliki pengalaman minimal, berkomunikasi dengan baik, sambil tetap waras. Tapi nyatanya?

83% Gen Z mengaku mengalami stres karena tekanan sosial dan pekerjaan. Penelusuran di Google aja dengan kata kunci “healing” udah meningkat sejak 2020. Banyak yang ingin mencari ketenangan, tapi nggak tahu harus mulai dari mana.

Apakah Allah menolak kenyataan dengan keadaan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saat berdakwah? tidak. “Kalau hidup terasa berat, mungkin kamu lagi belajar jadi kuat. Tapi kalau terlalu berat terus, mungkin kamu lupa minta bantuan-Nya.”

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

Dua kali dilakukan pengulangan, bukan typo. Ini cara untuk menguatkan psikologis. Sama kayak halnya teman yang bilang, “Gak apa-apa kok, kamu pasti bisa. Serius, kamu bisa!”

فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ

"Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain)."

Setelah masa sulit lewat, jangan berdiam diri terus atau rebahan terus. Berdamai dengan luka bukan berarti tidur bareng luka. Tapi coba bangun dan jadikan luka itu bahan bakar. Healing itu bukan berarti kita berhenti untuk bergerak, tapi kembalilah bergerak dengan cara yang lebih sadar.

وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب

"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."

Di tengah ketidakpastian dunia, Allah yang memberikan kepastian, Dia gak akan meninggalkan kamu.

Kita terlalu sering ingin "sembuh cepat" dari kekecewaan yang sedang dirasakan. Padaha prosesnya nggak instan, Rasulullah saw. pun butuh waktu dan wahyu untuk memulihkan dirinya.

“Karena, yang paling butuh dilapangkan bukan dompet, tapi dada.”


_____
Semoga bermanfaat

Post a Comment for "Panduan "Self-Healing" Perspektif QS. Al-Insyirah"