Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Merawat Mental Itu Tanggung Jawab Pribadi


Sejak kecik, kita selalu diajarkan untuk "kuat". Jika sedang sedih, dianjurkan untuk sabar. Jika sedang merasakan sakit hati, dianjurkan untuk ikhlas. Tapi terkadang, kita itu enggak pernah benar-benar diberikan ruang untuk menghadapi luka itu sambil mengatakan: “Ya, saat ini aku memang sedang enggak baik-baik aja, tapi Allah selalu bersamaku.”

Mengakui luka itu sebenarnya fase proses penyembuhan luka. Nggak apa-apa kok kalau kepikiran masa lalu. Nggak apa-apa juga kok kalau kamu belum bisa memaafkan diri sendiri. Mungkin atas perbuatan ataupun keadaan kita saat ini yang masih belum bisa memaksimalkan untuk memberi kebahagiaan pada orangtua kita. Itu proses.

Rawatlah, Jangan selalu menyalahkan dirimu

Kita terlalu sering bersikap keras terhadap diri sendiri. Merasa enggak cukup dengan ini dan itu. Apalagi ketika melihat update terbaru tentang orang lain di media sosial yang kelihatan, sekan-akan hidupnya dia itu enak bangetttt. Padahal, semua orang itu punya rintangannya masing-masing, cuman enggak semua ceritanya itu diupdate.

Ketika kita benar-benar merawat mental, itu berarti kita udah belajar untuk lebih lembut dengan diri sendiri. Enggak yang terlalu memaksakan diri atas apa yang diinginkan, namun juga enggak nyerah begitu aja. Kadang apa yang kita butuhkan bukan nasihat panjang, tetapi dukungan dan kalimat singkat aja udah cukup, seperti: “Kamu udah berusaha sejauh ini, kamu keren.”

Dalam Islam kita diberitahu bahwa hidup itu memang tempatnya ujian. Tetapi bukan berarti Tuhan itu pengen kita selalu menderita. Justru melalui luka dan kesulitan tersebut, kita diajak untuk lebih tumbuh. Bukan hanya sekedar lebih kuat, melainkan agar lebih bijak dan lebih “kenal” dengan kemampuan diri.

Yang terpenting, jangan menyerah. Biar pelan, asal tetap berjalan. Karena dalam kondisi paling gelap sekalipun, cahaya itu akan tetap ada, hamya saja belum kelihatan sekarang.

Lalu bagaimana caranya merawat kesehatan Mental, tanpa harus membuat hidup semakin ribet?

Berikan diri, ruang untuk merasakan.
Jangan terlalu buru-buru untuk mengatakan “gapapa kok”, kalau kamu ternyata belum benar-benar baik. Harus lakukan keselaran dengan kondisi emosional kamu, apakah memang gapapa? atau justru terpaksa banget nih bilang gapapa, padahal udah penuh dengan luka.

Kamu harus mencari tempat yang tenang, Enggak heran ketika kamu keluar rumah dimalam hari, lalu kamu melewati Indomaret itu pasti selalu ada aja orang yang duduk menyendiri (biasanya laki-laki siih ya sambil minum golda wkwk), tak lain tujuannya itu ya untuk menenangkan diri ketika sedang merasa bingung dengan drama kehidupan ini.
Kamu bisa mencari sendiri tempat yang tenang menurut kamu, entah itu sambil mendengarkan musik yang menenangkan, menulis dengan tujuan mengeksplore emosional dalam bentuk tulisan, atau sekadar melihat senja aja udah cukup.

Ketika kamu udah menemukan tempat yang tepat untuk menenangkan suasana hati. Sekarang, mari perlahan meredam pikiran yang selalu ingin "overthinking". Tarik napas secara mendalam dengan durasi tarikan 5 detik, kemudian tahan, dan hembuskan. Ulangi hingga 3 kali. Ini sangat mudah untuk dilakukan, dan tentunya sangat bermanfaat untuk menenangkan pikiran yang sedang merasa tertekan.

Gak semua orang bisa menjadi tempat Curhat, tapi pasti ada tempat berlabuh.

Enggak semua orang itu, mau mendengarkan cerita kita.
Enggak semua orang itu juga, mau menjadi pendengar yang baik terhadap apa yang kita ceritakan.
Enggak jarang juga, ketika melakukan oversharing justru kita selalu dihakimi oleh sang Pendengar, yang justru membuat semakin terluka.

Coba deh, kalau sekarang merasa untuk dekat dengan Tuhan itu harus benar-benar religius banget nih, sekarang mindset itu kamu buang jauh-jauh, sekarang kamu ngobrol sama Tuhan kamu dengan bahasa senyamannya kamu, tanpa adanya perasaan takut untuk dihakimi, kamu akan merasakan bahwa setiap apa yang kamu sampaikan itu merupakan healing bagi diri kamu. Benar-benar Senyaman itu kalau kamu udah pernah merasakannya, bayangkan ketika itu kamu lakukan kembali (jangan malah membayangkan wajah walid)
 
Pada intinya nih ya, jika sedang dalam masa-masa sulit banget nih: kamu harus terbiasa untuk memeluk diri kamu sendiri. Karena kamu adalah raja bagi hidupmu dan jangan biarkan siapapun meragukan itu, bahkan dirimu sendiri sekalipun. 

Kalau kamu punya teman yang pengen kamu berikan semangat, ayo share artikel ini ke teman kamu yang mungkin juga lagi butuh. Siapa tau aja, dengan tulisan sederhana ini bisa menjadi penyemangat orang yang sedang diam-diam berjuang. 🌿


_____
Semoga bermanfaat

Post a Comment for "Merawat Mental Itu Tanggung Jawab Pribadi"