Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lelah itu Manusiawi, Jangan dihakimi Kekurangan Iman


Hampir sering kita selalu merasakan, ketika sedang capek-capeknya banget nih dengan berbagai drama kehidupan, bukan hanya fisik aja sih kadang yang capek, melainkan hati dan pikiran juga. Mungkin waktu itu kita merasa “Udah berusaha secara maksimal, udah berdoa, udah mencoba selalu sabar juga... tapi  masih tidak ada hasil...?”

Kemudian pasti ada aja orang yang mengatakan, “Kamu kurang deket tuh sama Allah,” atau “Rasa bersyukur kamu tingkatkan lagi,” atau yang paling sering: “Sabar dan sabar, jangan mengeluh terus.”

Kalimat-kalimat yang diucapkan tersebut sekilas terdengar baik untuk menasehati secara agamis, namun terkadang entah kenapa aja justru malah membuat semakin tertekan. Seolah-olah ketika sedang merasakan lelah, kita itu salah, dan ketika ada orang yang merasa capek, selalu dihakimi "imannya lemah". Padahal, kenyataannya lelah itu ya manusiawi atas apa yang sedang dihadapi, bukan selalu harus dihakimi "kurangnya iman".

Sifat Manusia itu Fitrah

Banyak terdapat kisah-kisah Nabi dalam Al-Qur'an, yang juga pernah merasakan lelah, sedih, takut, dan bahkan marah.

Nabi Ya'kub misalnya, pernah menangis yang mengakibatkannya buta karena rindu kepada anaknya.
Nabi Muhammad ﷺ, manusia paling mulia, pernah berada difase merasa berat dan sedih ketika mendapat penolakan dari kaumnya, dan saat kehilangan orang-orang yang dicintainya.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا 
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” QS. Al-Baqarah [2] ayat 286, menegaskan bahwa kelelahan dan keterbatasan itu sifatnya manusiawi, yang sudah diakui oleh Allah.

Kalau dari kisah-kisah nabi yang sudah dikisahkan dalam Al-Qur'an, yang pernah merasakan fase sedang down, apalagi kita? (ini bukan dalam artian untuk menyamakan derajat antara kita sebagai manusia biasa dan Nabi loh ya)

Hal yang perlu kita, Allah itu menciptakan kita selaku manusia disertai perasaan, bukan seperti robot yang seakan-akan kita harus selalu senyum 24 jam setiap harinya.

Ketika beragama Dipaksa harus Selalu Ceria

Di era digital saat ini, yang sedikit-sedikit ketika melihat sesuatu harus berstandarkan tiktok/instagram/facebook atau konten sosial media manapun deh. Seperti konten motivasi agama misalnya, yang selalu hanya menampilkan sisi “terang” dari beragama. Seolah-olah ketika sudah beragama itu kita harus selalu berbahagia, selalu kuat, dan nggak boleh banget nih kita itu kelihatan atau merasakan sedih.

Misalnya, kita sering sekali mendapati berbagai nasehat yang ketika merasa galau, gelisah, sedih, dengan berbagai ujian yang selalu datang terus-menerus. lalu kita akan selalu cenderung dinasehati “Kebahagiaan sejati, hanya ada ketika mendekatkan diri kepada Tuhan". 
Nasehat tersebut menjadi benar, ketika "kita dapat memahami maknanya" secara mendalam. Ketika kita berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, apakah akan berjalan dengan mulus ? Tentu tidak. 

Sudah rajin melaksanakan shalat, puasa, namun kenapa doa-doa masih belum dikabulkan ya? 
Sudah rajin dan maksimal melakukan ibadah, justru kenapa aku selalu dihadapkan dengan ujian hidup ya? 

Allah tidak pernah marah kok pada kamu yang sudah jujur, terhadap ujian yang kamu pertanyakan di dalam do'a mu, asalkan kamu tetap kembali kepada-Nya.  

Keimanan itu tidak memiliki tombol “ON” ataupun "OFF" yang bisa kita atur sesuka hati. Iman itu justru membuat kita berani jujur dengan perasaan sendiri. Kita boleh menangis sambil berdoa. Kita boleh curhat ke Allah. Karena Allah bukan hanya Tuhan saat kita bahagia, Dia juga menjadi tempat untuk kita kembali saat kita hancur.

Agama itu Teman Perjuangan, Bukan Pelarian

Ketika kita lahir ataupun masuk menjadi orang yang beragama Islam, bukan berarti harus selalu bahagia dan kuat. Justru karena kita lemah, kita membutuhkan Allah.

Lelah itu, tidak menandakan kamu gagal.
Lelah itu, juga tidak menandakan kamu kurang iman.
Lelah itu, berarti menandakan bahwa kamu masih manusia. Dan itu cukup.

Kemudian jika saat membaca tulisan ini kamu merasakan capek, istirahatlah. Ini bukan berarti kamu menyerah, tapi menyayangi diri. Allah nggak marah kok dengan kamu yang jujur dengan rasa lelah tersebut. Allah akan lebih dekat pada hati kamu yang sedang remuk, tapi tetap ingin bertahan.

Istirahatlah sejenak, bukan berati kamu keluar dari perjuangan, tapi itu adalah cara untuk tetap bertahan.


_____
Semoga bermanfaat

Post a Comment for "Lelah itu Manusiawi, Jangan dihakimi Kekurangan Iman"