Keadilan di Dunia, Tergantung dari Sudut Pandang Mana Melihatnya
.png)
Seseorang yang sedang tertimpa kemalangan, kehilangan pekerjaan, gagal mewujudkan harapan, mengatakan“Hidup ini enggak adil”
Kalimat itu bukan bermaksud ingin menghapus kenyataan hidup yang penuh dengan ujian. Tak pula bermaksud untuk menyangkal bahwa banyak ketimpangan dan ketidaksetaraan yang benar-benar nyata. Diperlukan sebelum kita menuntut dunia ini untuk adil, kita bertanya ulang, "Apa sebenarnya arti dari adil itu?" Dan dari sudut mana kita melihat dunia ketika kita menyebutnya tidak adil?
Adil tak harus Sama
Dalam pikiran banyak orang yang tertanam tentang konsep adil di dunia adalah dunia memberikan hasil yang sama kepada semua orang. Semua orang dapat rumah, pekerjaan, pasangan, dan rejeki yang sama rata. Sayangnya dunia tidak bekerja seperti yang dipahami.
Seekor burung tidak memiliki tangan seperti manusia, tetapi ia diberi sayap. Seekor ikan tidak bisa berjalan di darat seperti makhluk yang ada di darat, tetapi ia dilengkapi insang untuk hidup dalam air. Seorang anak mungkin tidak cemerlang dalam pelajaran matematika, tapi memiliki kemampuan menggambar yang luar biasa. Tidak semua memiliki kesempatan untuk kuliah, namun di jalanan ia belajar banyak tentang kepekaan hidup.
Dalam cara kerjanya dunia yang kompleks ini, tidak harus selalu disamaratakan, tapi harus bersifat seimbang. Keadilan semacam ini yang lebih menyerupai "kesetimbangan" daripada "kesamaan", keadilan yang tidak bisa dilihat hanya dari hasil. Ia bisa dirasakan dari pemahaman yang utuh terhadap proses.
Mengapa sebuah peristiwa bisa dianggap adil oleh seseorang, tapi dianggap kejam oleh orang lain? Karena kita melihat hidup bukan sebagaimana adanya, tapi sebagaimana pikiran yang dibentuk oleh pikiran kita untuk melihatnya.
Seseorang yang kehilangan pekerjaannya bisa aja tenggelam dengan perasaan gagal dan dendam pada dunia. Tapi orang yang sama, pada tahun berikutnya setelah kejadian itu, bisa jadi bersyukur karena kehilangan itulah yang membawanya lebih baik melalui jalan hidup yang berbeda.
Apakah dunia berubah ditahun berikutnya? Tidak, yang berubah adalah cara kita memandang peristiwa.
Sudut pandang bukan hanya sekedar cara kita menilai peristiwa, tetapi juga bagaimana kita menggunakan sudut pandang apakah hidup ini akan kita terima sebagai anugerah atau sebagai kutukan yang kejam.
Ada kalanya dunia tampak sangat tidak adil dikarenakan kita melihatnya dengan waktu yang singkat. Siswa yang gagal masuk perguruan tinggi impiannya lalu merasa bahwa hidup ini tidak berpihak padanya, lima tahun kemudian dari kampus “cadangannya”, ia justru bertemu dengan orang-orang hebat yang membentuk karakternya, sehingga pada akhirnya dapat bekerja di tempat yang ia di inginkan.
Keadilan tidak selalu hadir sesuai harapan yang kita inginkan, ia menunggu waktu kedewasaan jiwa kita untuk melihat apa yang tadinya tampak sebagai kekalahan, ternyata adalah pintu awal untuk menjadi diri versi terbaik.
Sayangnya dalam dunia yang sudah serba instan dan cepat ini menyebabkan kita kehilangan kesabaran untuk menunggu. Kita ingin dunia adil ini "saat ini juga", tanpa harus menjalani setiap prosesnya.
Padahal adil bukan hasil yang instan, didapatkan melalui keseimbangan yang hanya terlihat jika kita bersedia melihat ke masa lalu dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih.
Bukan berarti semua hal tidak dapat dijelaskan lewat sudut pandang dan waktu. Di banyak tempat banyak terjadi ketimpangan. Anak-anak yang tidak bisa sekolah, keluarga yang tidak memiliki akses fasilitas kesehatan, orang-orang yang bekerja keras tapi tetap miskin.
Dalam kasus seperti ini keadilan bukan sesuatu yang bisa ditunggu, harus diupayakan. Karena ada keadilan yang bersifat pribadi (personal justice), dan ada keadilan yang bersifat sosial (social justice). Personal Justice adalah soal bagaimana kita memaknai pengalaman, Sedangkan social Justice adalah bagaimana struktur sosial memungkinkan setiap orang memiliki kesempatan yang wajar.
Jika kita hanya fokus pada keadilan sosial, kita bisa menjadi pemarah yang tak kunjung damai. Dan jika hanya bicara keadilan pribadi, akan menyebabkan kita cenderung menjadi pribadi yang apatis terhadap sesama.
Dunia yang adil itu adalah dunia yang dipenuhi dengan orang-orang yang bisa berdamai dengan hidupnya, sambil berjuang agar orang lain juga mendapat kesempatan untuk berdamai dengan hidup mereka.
Melihat Dunia melalui Perspektif lain
Kita sering berpikir bahwa keadilan itu "siapa yang mendapat apa". Padahal keadilan soal siapa yang mampu melihat hidup sebagai orang yang bertahan diperjuangannya, bukan hanya sekadar menentukan menang atau kalah.
Yang memiliki mindset merasa bahwa hidup ini tidak adil akan sering membanding-bandingkan. Membandingkan dirinya dengan pencapaian orang lain, mengutuk hidup yang seolah tak pernah berpihak padanya. Padahal dari perjalanan hidup yang sudah dilalui, sebenarnya udah banyak memberi pelajaran yang lebih mahal daripada gelar, kekayaan, atau status sosial.
Dunia itu adil tapi tetapi selalu dengan cara yang harus benar-benar kita pahami. Adil dipahami ketika terjadi sebuah luka, akan membuat kita lebih dewasa, ia hadir dalam bentuk kehilangan yang mengajarkan berbagai makna.
Sudut Pandang adalah Kunci untuk Memahami
Tidak semua keadilan itu harus tentang semua orang harus punya hal yang sama. Bisa juga bagaimana orang diberikan kemungkinan yang setara untuk menjadi versi terbaik dari dirinya. Dan kemungkinan itu hanya bisa dilihat jika kita mau memindahkan sudut pandang kita dari "mengeluh" kepada "mengerti", dari perbandingan menuju penerimaan.
Jika hari ini hidup kamu terasa tidak adil, mungkin bukan karena hidupmu yang sedang salah. Tapi karena kita sedang berdiri di jalan yang belum selesai kita tempuh.
Post a Comment for "Keadilan di Dunia, Tergantung dari Sudut Pandang Mana Melihatnya"