Islam Mengajarkan Kasih Sayang: Mengapa masih Sering Menghakimi?
.png)
Kehidupan saat ini yang semakin kompleks dan penuh dengan perbedaan, ada sebuah pesan yang tidak asing lagi dalam ajaran Islam: Rahmat, juga kasih sayang. Allah banyak menyebutkannya dalam banyak ayat di Al-Qur'an, bahwa agama yang Dia turunkan adalah agama rahmat, agama yang membawa kedamaian, membawa kasih sayang, dan kebaikan bagi seluruh alam semesta. "Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil 'alamin" Dan Kami tidak mengutusmu, Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, (QS. Al-Anbiya: 107).
Dengan demikian kita menjadi tahu bahwa agama ini merupakan agama yang penuh dengan kasih sayang, sehingga tidak sedikit pula dari kita yang masih terjebak dalam kebiasaan suka menghakimi orang lain. Dari yang sederhana, seperti menilai penampilan seseorang, sampai kepada hal yang lebih rumit, seperti menghakimi keyakinan orang lain atau bahkan memperlakukan orang lain dengan hakikat merasa lebih unggul.
Mengapa Menghakimi ini Menjadi sebuah Kebiasaan?
Baik secara sadar atau tidak, sering terlintas dalam benak kita bahwasanya kita merasa memiliki standar tertentu yang kita anggap itu benar. Dalam banyak persoalan, standar tersebut bukan hanya tentang apa yang benar secara agama, tetapi juga mencakup unsur sosial, budaya, atau bahkan pribadi yang membentuk cara pandang kita. Lama-kelamaan standar yang ada tadi, menjadi semacam filter bagi kita dalam menilai orang lain, bahkan yang seharusnya itu bukan menjadi hak/urusan kita.
Islam mengajarkan untuk menahan diri dari hasrat untuk terburu-buru menghakimi orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa hanya Dia yang berhak untuk menghakimi amal perbuatan setiap hamba-Nya "Kamu hanya diberi tugas untuk menyampaikan" (QS. Asy-Syura ayat 48), mengingatkan kita bahwa tugas kita bukanlah untuk menilai atau menghukum, tetapi untuk memberi nasihat dan menebarkan kebaikan.
Memberikan nasihat, harus dapat dibedakan dengan menghakimi. Menghakimi merupakan tindakan yang cenderung melihat kekurangan orang lain dengan cara merendahkan, tanpa mempertimbangkan apapun. Sedangkan menasihati adalah upaya berbicara dengan penuh kasih, tanpa merasa lebih unggul, dan dengan niat baik untuk memperbaiki, bukan merendahkan.
Dalam QS. Al-Nahl: "Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik..." (QS. An-Nahl: 125). Ayat ini menjelaskan tentang pentingnya cara kita menyampaikan sesuatu, entah itu dengan cara yang bijak dan cara yang baik, tanpa adanya sikap menghakimi.
Bukan berarti kita tidak boleh mengkritik atau memberi nasihat pada orang lain kok, memberikan Kritik dalam Islam itu adalah hakikat sejatinya, yang seakan-akan merupakan bagian dari kasih sayang antar sesama manusia. Namun kritik itu tersebut dilandasi dengan niat untuk memperbaiki dan mendekatkan, bukan untuk menjatuhkan.
Dalam konteks hubungan sosial antar sesama, rahmat itu tujuannya untuk membangun jembatan, bukan membuat tembok. Ketika kita memberi ruang untuk orang lain tanpa menghakimi, kita mengundang mereka untuk menjadi diri versi mereka sendiri, sehingga dia dapat berproses tanpa rasa takut disalahkan atau dihina. Rahmat dapat menciptakan hubungan yang sehat, sedang kritik yang dapat diberikan ialah yang selalu disertai dengan memberi penghargaan atau apresiasi.
Sebaliknya, menghakimi akan berdampak membuat tembok yang tebal di antara kita. Ketika seseorang merasa dihakimi oleh kita, ia akan cenderung menutup diri. Proses belajar dan berkembangmya pun menjadi terhambat. Bahkan, yang lebih buruk lagi, sikap menghakimi itu terkadang bisa membuat seseorang merasa terpinggirkan, karena merasa tidak layak.
Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf "Dan Tuhanmu Maha Pengampun, penuh rahmat..." (QS. Al-A’raf: 156). Rahmat-Nya tidak dibatasi oleh latar belakang seseorang, mau orang itu miskin, kaya, berpendidikan tinggi, atau tidak. Allah menyatakan bahwa rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Sebagai umat Muslim, kita harus meneladani sikap Allah yang penuh rahmat ini. Jika Allah yang Maha Segalanya pun memberi rahmat tanpa syarat, mengapa kita, yang serba terbatas, justru malah merasa memiliki hak untuk menghakimi?
Islam mengajarkan bagaimana kita untuk menghormati perbedaan dan mengutamakan kasih sayang. Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang sangat penuh kasih sayang, tidak hanya kepada sesama Muslim, tetapi juga kepada non-Muslim, bahkan kepada makhluk hidup lainnya. Tidak pernah beliau menghakimi seseorang berdasarkan status sosial, warna kulit, atau latar belakang. Sebaliknya, beliau mendekati orang dengan penuh kelembutan, memberi kesempatan untuk berubah dan memperbaiki diri.
Ketika kita merasa tergoda untuk menghakimi seseorang, mulai saat ini kita rehat sejenak dan bertanya pada diri kita sendiri:
"Apakah aku ini sudah berada pada posisi yang tepat untuk menghakimi?"
"Apakah aku sudah memiliki semua informasi yang dibutuhkan untuk menilai seseorang?" Atau,
"Apakah aku sudah memberikan rahmat yang cukup kepada orang lain, seperti yang diajarkan dalam agama?"
Kita lebih baik banyak memberi contoh dengan sikap kasih sayang daripada sikap menghakimi. "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati..." (QS. Al-Furqan: 63). Menghakimi orang lain hanya akan mengurangi rahmat itu sendiri. Sebaliknya, jika kita membuka hati dan memberi, maka dunia ini akan menjadi tempat yang lebih damai.
Islam agama rahmat, agama yang penuh kasih sayang, yang menyebarkan kedamaian dan saling menghormati. Ketika kita mengingat ini, kita harus bertanya pada diri kita sendiri terlebih dahulu, apakah hari ini kita sudah cukup menebarkan rahmat kasih sayang itu? Atau malah kita lebih sering menghakimi, menilai, dan merendahkan orang lain?
Marilah berusaha menumbuhkan sikap kasih sayang antar sesama. Karena hanya dengan rahmat, kita bisa membangun dunia yang lebih baik, di mana tidak ada ruang untuk menghakimi, hanya ada ruang untuk saling mencintai dan saling mengerti.
Hidup bukan tentang apa yang kamu inginkan, melainkan tentang menghargai apa yang kamu miliki.
Post a Comment for "Islam Mengajarkan Kasih Sayang: Mengapa masih Sering Menghakimi? "