Belum Ikhlas kalau merasakan Sakit: QS. Al-Insan: 9–11
.png)
“Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharap keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”
(QS. Al-Insan: 9)
Ikhlas Itu Sulit?
Mari jujur-jujuran nih yaa, sebenarnya ikhlas itu susah kan?
Kita sering bilang, “aku ikhlas kok... serius aku ikhlas” tapi, hati mah masih berharap banget. Kita coba bantu teman, tapi diam-diam kita berharap agar dia ingat dengan kebaikan kita. Kita berjuang ketika dalam bekerja, tapi merasa kecewa saat tak dihargai oleh atasan, bawahan ataupun rekan kerja. Kita mungkin awalnya ingin menolong tanpa pamrih, tapi ketika ada sedikit komentar negatif yang kita dapatkan justru sering membuat kita berubah maksud karena terluka mendengarnya.
Ikhlas sebenarnya bukan hanya sekedar “nggak boleh minta balasan”, tapi juga soal bagaimana kita mengatur ulang orientasi hati kita, yang awalnya dari manusia ke Allah.
Dalam QS. Al-Insan banyak diceritakan tentang orang-orang yang beriman memberi makan orang miskin, anak yatim, dan tawanan bukan karena ingin pujian, tapi murni demi mencari ridha Allah.
“Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah karena mengharap keridhaan Allah...” ayat 9
Dalam tafsir Ibn Katsir dan al-Misbah, ayat ini dipahami sebagai contoh kemurnian niat. Mereka yang disebut dalam ayat ini bahkan menolak ucapan terima kasih:
“...kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”
Di era yang penuh dengan kebutuhan validasi, mereka memilih jalan yang sunyi (beramal dengan diam). berbuat baik tanpa berharap dibalas, bahkan sekadar ucapan terima kasih pun tidak ingin.
Ikhlas bukan berarti kamu tidak merasa apa-apa, "enggak, aku baik-baik aja kok". Kamu tetap bisa merasa sedih saat kebaikanmu disalahpahami. Kamu bisa kecewa ketika usaha yang kamu lakukan dianggap remeh. Itu wajar, karena kamu manusia, memiliki perasaan.
Tapi bedanya, orang yang ikhlas itu tahu kemana akhirnya perasaan itu akan dialihkan. Dapat dimanfaatkannya untuk belajar menata hatinya kembali ke orientasi awal, yaitu “Aku melakukan ini karena Allah”
Penyebab Sulitnya untuk Ikhlas
Terlalu Fokus ke “Respon Orang”
Kita itu sebenarnya terlalu sibuk overthinking dengan “Nanti dia bakal tahu enggak ya kalau aku bantu?”, “Kalau aku tolong dia nih, kira-kira dia bakal memuji aku enggak ya?”
Padahal, kalau aja nih fokus utama kita itu ikhlas, siapa yang jadi pusat niatmu?
Kalau manusia, ya kamu akan kecewa. Kalau Allah, tentu kamu akan tenang.
Mencampur Amal dengan Ego
Coba kita tanyakan pada diri kita, apakah kita Pernah merasa bangga setelah ibadah atau bersedekah, dan ingin diketahui orang lain tahu? tentu ini hal yang Wajar. Tapi kita harus hati-hati, karena saat amal baik yang dilakukan dicampur dengan keinginan untuk diakui oleh orang lain, maka niatnya bisa menyimpang.
“Ya Allah, bersihkan niatku dari segala selain-Mu.”
Kita Nggak Percaya Pahala Allah Cukup
“Kalau aku nggak sekarang waktunya untuk dipuji orang, kapan lagi?”
Hal ini membuat kita ragu bahwa balasan Allah lebih baik daripada tepuk tangan manusia.
Ikhlas itu membutuhkan Proses untuk , ketika lelah tak sebanding dengan apa yang sudah dilakukan maka ikhlaslah yang akan menjadi alasan untuk tetap berjuang.
Kita tidak perlu terburu-buru merasa sempurna. Bahkan para sahabat Nabi pun belajar pelan-pelan untuk ikhlas. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa “Ikhlas itu seperti semut hitam berjalan di batu hitam di malam gelap. Sulit terlihat, sulit dirasa.”
Maka, proses menuju ikhlas justru akan membuat kita untuk semakin dekat dengan Allah. Setiap kali kita merasa hati mulai ingin dipuji oleh orang lain, segera tarik nafas, dan katakan dalam hati: “Ya Allah, ini untuk-Mu.”
Mulai saat ini, ayo kita latih diri kita untuk melakukan Kebaikan apapun Secara Diam-diam
Misalnya, transfer sedekah tanpa nama, bantu teman tanpa cerita ke siapa pun. Ketika timbul ego untuk ingin dipuji oleh orang lain, mari kita ubah kebiasaan yang Dari: “Semoga dia tahu aku nolongin dia.” menjadi: “Semoga Allah menerima amalku ini.”
Sebelum melakukan sesuatu, tulislah bahwa “Aku melakukan ini karena….” Lalu ketika selesai melakukannya coba periksa kembali, apakah niat tersebut sesuai?
Cerita kita bukan untuk menginspirasi, tapi untuk memamerkan. ini harus dibedakan! Apalagi dalih-dalih untuk menginspirasi, kita terlalu sering terjebak dengan embel-embel yang dibuat untuk sebuah kepentingan. Allah enggak akan lupa kok dengan kebaikan yang sudah kamu lakukan, apakah masih perlu di dokumentasi?
Dalam QS. Al-Insan ayat 11 “Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan dan kegembiraan.”
Orang yang yang ikhlas melakukan sesuatu akan diberikan dua hal, 1. dilindungi dari kesusahan, dan 2. diberi kegembiraan. Itu janji Allah. Dan apakah kamu meragukan janjinya Allah?
Ikhlas itu memang berat ketika ingin dijadikan sebuah perbuatan, tapi itu akan menjadi seimbang karena ia bernilai besar. Jangan tunggu jadi sempurna. Mulai saja dari hari ini, dari hal kecil. Karena Allah melihat niat, bukan jumlah likes.
_____
Semoga Bermanfaat
Post a Comment for "Belum Ikhlas kalau merasakan Sakit: QS. Al-Insan: 9–11"