Meminta bantuan Jin: Sudut Pandang Al-Qur'an
.png)
Ketika mendengar istilah “jin” ataupun “setan” yang terlintas dalam benak pikiran dan menjadi bayang-bayang kita tentunya adalah sosok makhluk yang “menyeramkan”, hal ini tentunya tidak salah dikarenakan pikiran kita sudah dipengaruhi stigma dari media-media yang hampir setiap hari menampakkan sosok setan yang “menyeramkan” tersebut, dan tentunya dengan sosok setan yang ciri khas nya indonesia.
Setan berasal dari kata syatana yang berarti jauh dari rahmat Tuhan, sehingga setan sering digunakan untuk penyebutan sebuah sifat karena ia tidak memiliki bentuk dan asal tertentu. Oleh karenanya setan juga dapat menjadi sebutan untuk manusia dan jin. Jika jin yang durhaka disebut setan, demikian juga halnya dengan umat manusia jika memiliki sifat durhaka juga layak disebut dengan setan.
Akan tetapi, jin dan manusia memiliki beberapa perbedaan yang sangat signifikan. Salah satu perbedaannya yang mendasar ialah proses asal muasal bagaimana keduanya diciptakan. Mereka disebut jin dikarenakan keberadaanya tidak bisa dilihat oleh pandangan manusia, namun sudahkah kita mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh jin?
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya Allah menciptakan makhluk, semuanya diberikan beban dan tanggungjawab untuk beribadah kepada Allah.
Menurut Imam al-Alusy dalam Kitab Ruhul Ma’ani Fi Tafsiril Qur’an, jin diciptakan dari api yang sangat panas, yang panasnya tersebut dapat membunuh. Api tersebut bernyala bersih serta muni tanpa adanya asap. Api yang digunakan oleh Allah untuk menciptakan jin ini mengambarkan bahwasanya, jin memiliki kecenderungan dalam bersikap baik dan buruk. Sebagaimana sifat api yang dapat menjadi penerang dalam kegelapan, namun dapat menjadi petaka ketika membakar.
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwasanya jin merupakan makhluk Allah yang memiliki kemampuan lebih daripada manusia, sehingga kita cenderung meminta pertolongan, permohonan bantuan kepada jin. Padahal, nyatanya jika di kaji lebih dalam lagi tidak demikian loh, apalagi sampai kita meyakini kemampuan pertolongan Jin daripada pertolongan Allah.
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).” (QS. Ar-Rahman: 33)
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya jin dan manusia tidak memiliki kemampuan apapun tanpa izin dari Allah. Lantas mengapa kita masih meyakini bahwasanya jin memiliki kemampuan yang lebih? Padahal jin saja tidak mengetahui apa-apa yang terjadi di langit, sebagaimana jin tidak mengetahui kapan Nabi Sulaiman akan wafat.
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلٰى مَوْتِهٖٓ اِلَّا دَاۤبَّةُ الْاَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَاَتَهٗ ۚفَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ اَنْ لَّوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوْا فِى الْعَذَابِ الْمُهِيْنِۗ
“Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’: 14)
Dari beberapa pendapat mengatakan bahwasanya, ketidakmampuan jin ketika melihat apa yang ada di langit, dikarenakan Allah sudah membuat panah api yang senantiasa mengintai dan siap membakar jin ketika mereka memata-matai apa yang terjadi di langit.
وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۗ فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًاۖ
“Dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jinn: 9)
Melalui penjelasan di atas, maka hingga saat ini jika kita masih mengadakan janji setia dengan setan yang tujuannya tidak lain agar mendapatkan apa yang kita inginkan, hendaklah kita kembali mengingat Allah, sebelum setan menenggelamkan kepada kesesatan yang lebih dalam lagi. Karena pada akhirnya manusia hanya akan menikmati janji-janji kosong, kebohongan-kebohongan yang diberikan.
اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu." (QS. Al-Baqarah: 268)
Bangsa jin pada hakikatnya juga sama dengan manusia, mereka memiliki agama yang berbeda-beda, sebagaimana yang kita ketahui terdapat Jin Kafir dan Jin Muslim. Meskipun kita memiliki Jin Muslim, namun bagaimana cara kita merawat Jin Muslim yang terdapat pada kita tersebut? Apakah dalam satu hari kita ada membaca Al-Qur’an untuk memberi makan kepada Jin Muslim? Ataukah dalam Seminggu? Ataukah dalam Sebulan? Namun jika hal tersebut tidak kita lakukan, bagaimana mungkin Jin Muslim kita dapat betah mendampingi kita?
Dari Abdullah Ibnu Umar, Ketika Rasulullah Membacakan QS. Ar-Rahman ayat 55 “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Rasululullah bersabda “Tidak ada bagiku selain golongan jin yang lebih baik dalam merespons surah Ar-Rahman ayat 55 daripada kalian.”
Para sahabat kemudian bertanya, “Bagaimana bisa ya Rasul?” Rasulullah menjawab, “Ketika Aku membaca ayat tersebut," para jin berkata; "Wahai Tuhan Kami, tidak ada sedikitpun dari nikmat-Mu yang kami dustakan”
Dalam hadis ini, Rasulullah mengajarkan para sahabat, bagaimana jin Muslim mentadaburi (menelaah dan mencerna) ayat-ayat Allah. Para jin lebih respect terhadap ayat yang banyak menggunakan kalimat pertanyaan, daripada manusia.
_____
Semoga bermanfaat
Post a Comment for "Meminta bantuan Jin: Sudut Pandang Al-Qur'an"