Perempuan perspektif Al-Qur'an: Anugerah atau Fitnah?
Dalam Islam perempuan sangat dijaga kehormatannya, karena dipandang
perhiasan yang harus dijaga. Sebagaimana buktinya ialah diwajibkan untuk
menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, maka secara tidak
langsung menandakan bahwa perempuan adalah sesuatu yang berharga dalam Islam.
Al-Qur’an memang tidak menyebutkan asal-asal penciptaan perempuan dengan jelas. Penciptaan manusian (Adam) dalam Al-Qur’an (Q.S. An-Nisa’ [4]: 1 dan Q.S. Al-A’raf [7]: 189) menyatakan bahwa manusia diciptakan dari diri yang satu dan Allah menciptakan pasangannya dari dirinya.
Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir mengenai penjelasan Q.S. An-Nisa’ [4]:1 di atas, Siti Hawa diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk sebelah kiri bagian belakang Adam, ketika Adam a.s. sedang tidur. Saat Adam terbangun, ia merasa kaget setelah melihat Siti Hawa, lalu langsung jatuh cinta kepadanya. Begitu pula sebaliknya, Siti Hawa jatuh cinta kepada Adam a.s.
Anugerah Perempuan
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ
ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ
وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ
عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (Ali-‘Imran [3]: 14)Allah menempatkan wanita pada urutan pertama dari enam perhiasan dunia. Wanita bisa dikatakan sebagai anugerah jika mengikuti perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya. Sebagaimana diharuskan menjaga auratnya, pandangannya, menjalankan amanahnya sebagai istri, anak, dan ibu. Maka, wanita akan menjadi anugerah jika menjadi wanita salihah, yang nantinya akan menjadi sebaik-baik perhiasan dunia.
الدُّنْيَا
مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia
adalah wanita salihah.” (HR. Muslim, no. 1467)Namun jika seorang wanita tidak mengikuti perintah dan meninggalkan larangan Allah, sungguh fitnah wanita adalah cobaan terbesar yang sangat berbahaya bagi laki-laki.
Dalam sebuah hadis lain, Diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Rasulullah bersabda,
مَا
تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Aku tidak meninggalkan satu
fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.“ (HR.
Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740)Fitnah Wanita
Jika kita lihat fakta yang terjadi di masa sekarang, banyak seorang laki-laki karena wanita menentang ibunya yang seharusnya lebih ia jaga dan hormati, seorang suami karena wanita melakukan korupsi untuk memenuhi biaya hidup istrinya, seorang laki-laki yang cerdas karena wanita kehilangan kecerdasannya dengan sekejap.M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, hlm. 119, menerjemahkan kata fitnah sebagai ujian. Sedangkan Thahir ibn Asyur mengartikan fitnah sebagai keguncangan hati serta kebingungan akibat adanya situasi yang tidak sejalan dengan siapa yang menghadapi situasi itu.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِۦ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَٰنَ رَبِّهِۦ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Yusuf [12]: 24)Pada ayat ini terdapat perkataan Hammat bihi dan Hamma biha. Di sini kita pilih arti Hammat dan Hamma itu dengan sangat menginginkan.
Ibnu Katsir menghikayatkan dalam Tafsirnya bahwa al-Baghawi berpendapat:
“Yang dimaksud dengan hamma biha ialah gelora kata-kata nafsu.”
Tetapi beberapa penafsir, di antaranya Ibnu Hazem al-Andalusi di dalam kitabnya “Al-Fishal” di dalam membela ma’shumnya Nabi-nabi daripada dosa, memberi arti hamma dan hammat dengan dendam ingin memukul. Artinya, karena kehendak syahwat perempuan itu tidak juga diperlakukan oleh Yusuf dia pun jadi marah, tersinggung kehormatan dirinya karena dia merasa berkuasa, lalu dikejarnya Yusuf hendak dipukulnya. Dan yusuf pun jadi marah. Sebab itu dia pun hendak memukul pula.
Sayid Rasyid Ridha di dalam Tafsirnya “Al-Manar” pun menguatkan
pendapat Ibnu Hazem dan penafsir-penafsir yang lain itu. Mereka mengemukakan alasan,
karena di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat beberapa kalimat hamma dengan
arti hendak memukul, atau hendak menganiaya, atau bermaksud jahat. (Lihat Q.S.
Al-Maidah [5]: 11, Q.S. Ali-Imran [3]: 11, Q.S. An-Nisa’ [4]: 113, Q.S.
At-Taubah [9]: 13 dan 73, dan pada Q.S. Ali-Imran [3]: 154, Ahammathum
anfusu-hum, diartikan mementingkan diri sendiri).
Maka al-Baghawi menguatkan pendapat bahwa arti hamma biha di sini, ialah gelora yang berkecamuk dalam jiwa, tetapi belum dilaksanakan dalam kenyataan. Dan al-Baghawi membela fahamnya, bahwa memang Yusuf sudah ada gelora perasaan terhadap isteri Raja muda yang cantik itu, yang bernama Zulaikha. Tetapi gelora berkecamuk dalam hati itu dapat ditahannya, sebab dia melihat pertandaan Tuhannya. Atau di dalam diri sendiri terjadi peperangan hebat, di antara nafsu syahwat yang berkelora dengan seruah fithrah, seruan jiwa yang bersin, karena didikan yang diterima dari kecil, atau tegasnya lagi, karena dipelihara oleh Tuhan. Hingga yusuf selamat.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan, bahwasanya perempuan bisa melakukan apapun untuk mendapatkan yang di inginkan, sebagaimana contoh dari kisah Zulaikha pada ayat di atas yang ingin bersenggama dengan Nabi Yusuf. Maka sebagai kaum pria harus lebih berhati-hati lagi akan kaum perempuan, agar tidak terjerumus akan zina. (Buya Hamka Tafsir Al-Azhar hlm. 3626.)
Wanita Sumber Syahwat
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ
ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ
وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ
عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga)." (Ali-‘Imran [3]: 14)Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan terdapat enam macam yang sangat disukai, diinginkan dan dengan berbagai macam usaha ingin dimiliki manusia, salahsatunya wanita.
Sudah ditakdirkan oleh Tuhan bahwa tiap-tiap orang laki-laki apabila bertambah kedewasaannya bertambah pulalah keinginannya hendak mempunyai teman hidup (perempuan). Apabila syahwat kepada perempuan itu sedang tumbuh dan mekar, maka seluruh tubuh perempuan itu laksana besi berani buat menumbuhkan syahwat si laki-laki hendak mempunyainya. “Zuyyina”, diperhiaskan kepadanya, sehingga meskipun telah didapatkannya perempuan itu, hanya kesusahan yang akan dihadapinya, tidaklah diperdulikannya. Adapun keinginan kepada perempuan itu adalah syahwat yang mesti ada pada tiap laki-laki. Kalau tidak ada syahwatnya kepada perempuan, itulah laki-laki sakit. Allah mentakdirkan bahwa laki-laki mengingini perempuan adalah mengundang hikmat yang lebih dalam, yaitu karena hendak menyambung keturunan. Hendak menjalin hidup berdua, sebab yang satu akan mencukupkan yang lain. Tetapi kalau syahwat si laki-laki tadi tidak terkendali, niscaya dia tidak memperdulikan hikmatnya, hanyalah melepaskan syahwatnya, lalu zinalah yang terjadi, dan kalau mereka beranak, kacaulah keturunan. Maka agamapun mengajarkan penyaluran syahwat itu, mencari jodoh, mencari isteri untuk teman hidup, dengan jalan yang halal.
Tuhan itu adil kok, pada ayat ini tidak disebutkan yang sebaliknya, yaitu bahwa perempuan tergila-gila kepada laki-laki. Perempuan yang tergila-gila kepada laki-laki diumpamakan tidak ada saja, karena sangat jarang. Yang jarang itu ialah perempuan-perempuan yang tidak beres (abnormal). Umumnya pada perempuan hanyalah kesetiaan dan penyerahan diri dan kelemah-lembutan. Tetapi kesetiaan, penyerahan diri dan kelemah-lembutan itulah pula yang membuat laki-laki tambah terpesona. Memang, pada perempuan diadakan juga syahwat. Tetapi latar-belakang daripada syahwat perempuan ialah karena instict atau naluri hendak mengasuhi anak. (Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz III).
Kesimpulan yang penulis dapatkan,
Dalam menjalani kehidupan kita sering mendapatkan nasehat, terutama
berhati-hati terhadap 3 fitnah besar dalam kehidupan, yaitu Harta, Tahta, dan
Wanita. Sangat sulit bagi kita di akhir zaman ini untuk bisa menundukkan
pandangan karena hampir semua lingkungan sosial kehidupan kita dihiasi dengan
wanita yang aurat terbuka. Jika laki-laki ingin selamat dari fitnah wanita,
hendaklah meminta perlindungan kepada Allah, menuntut ilmu syar’I, perbanyak
beramal saleh, bersabar dan shalat, dan menjauhi hal-hal yang mendekatkan diri
kepada fitnah tersebut.
Wallahu'alam
Post a Comment for "Perempuan perspektif Al-Qur'an: Anugerah atau Fitnah?"