Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Shahih, Hasan dan Dhaif

Ada tiga klasifikasi hadits yang d nisbatkan kepada Nabi, yaitu Hadits Shahih, Hadits Hasan dan Hadits Dhaif. Dimana hadits shahih dan hasan lah yang termasuk hadits yang dapat diterima dan di amalkan. Sedangkan hadits dhaif tidak bisa di terima untuk menentukan hukum di dalam agama.

Berikut ini adalah PENGERTIAN HADITS SHAHIH, HASAN dan DHAIF :

الصَحيْحُ هٌو مَا رَواهُ عَدْلٌٌ تَامٌ اضَّبْطِ مُتَّصِلٌ السَّنَدِ غَيْرُ مُعَلَّلٍ وَلاَ شَاذٍ.

Hadits shahih adalah apa-apa yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna hafalannya, bersambung sanadnya dan tidak ada ‘ilat (cacat) serta tidak syadz (menyalahi yang lain yang lebih shahih).

الْحَدِيْثُ الصَّحِيْحُ، مَا سَلِمَ لَفْظُهُ مِنْ رُكَاكَةٍ وَ مَعْنَاهُ مِنْ مُخَالَفَةِ آيَةٍ أَوْ خَبَرٍ مُتَوَاتِرٍ أَو إِجْمَاعٍ وَ كَانَتٍ رُوَاتُهُ عَدُولاً. (االطريقة المحمّديّة، ص: 4)

Hadits shahih adalah yang selamat lafadznya dari berbelit-belit dan (selamat) maknanya dari perselisihan dengan ayat Al Quran, khabar mutawatir dan ijma’ serta rawi-rawinya juga adil. (al-Tharii-qatu al-Muhammadiyyah, hal: 4)

الصَّحِيْحُ، مَا سَلِمَ لَفْظُهُ وَ مَعْنَاهُ مِنْ مُخَالَفَةِ آيَةٍ أَوْ خَبَرٍ مُتَوَاتِرٍ أَو إِجْمَاعٍ وَ كَانَ رِوَايَةَ عَدْلٍ وَ فِى مُقَابَلَتِهِ السَّقِيْم – التعريفات:
74

Hadits shahih adalah hadits yang selamat lafadznya dari berbelit-belit dan (selamat) maknanya dari perselisihan dengan ayat Al Quran, khabar mutawatir dan ijma’ serta para rawinya adil dan sebagai lawannya adalah hadits dhaif. (al-Ta’rifat, hal: 74)

وَمِنهَا اَنْ يَكُونَ مُنَاقِضًا لِنَصِ القُرْآنِ أَوِ السُّنَّةِ الُتَوَاتِرَةِ   أَوِ الاِجْمَاعِ القَطْعِيِّ أَوْ صَرِيْحِ العَقْلِ حَيْثُ لاَ يَقْبَلُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ التَّأْوِيْلَ – االبيقنية : 82

A.    Ciri-ciri/Kriteria Hadits Dhaif, yaitu:
  • Bertentangan dengan nash Al Quran
  • Bertentangan dengan Sunnah Mutawatir
  • Bertentangan dengan ijma’ qath’i atau akal sehat, dalam hal mana tidak memerlukan ta’wil. (al-Baiquniyah, hal: 72)

لاَ تَلَزُمَ بَيْنَ السَّنَدِ وَالمَتْنِ فِي الصِّحَّةِ، لِأَنَّ السَّنَدَ قَدْ يَصِحُّ لاِسْتِفَائِهِ الشُّرُوطَ مِنَ الْاِتَّصَالِ وَ غَيْرِهِ وَلاَ يَصِحُّ المَتْنُ لِشُذُوذِ فِيْهِ، وَ قَدْ لاَ  يَصِحُّ السَّنَدُ لِفَقْدِهِ بَعْضَ الشُّرُوطِ وَ يَصِحُّ المَتْنُ مِن طَرِيْقٍ أَخَر – منحة المغيث : 10

B.    Tidak Talazum antara sanad dan matan, karena sanad adakalanya menjadi dengan terpenuhinya prasyarat ittishal (bersambung dan yang lainnya. Tetapi matannya tidah shahih karena ada kejanggalan misalnya. Kadang sanad tidak shahih karena hilang sebagian prasyarat/kriterianya. Tetapi matannya shahih (ditinjau) dari jalan/segi lain. (Minhatu al-Mugits, hal: 10)

KESIMPULAN

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
  • Hadits shahih adalah hadits yang dari segi sanadnya di riwayatkan oleh; orang yang adil, kuat hafalan, sanadnya bersambung, tidak ada ‘illah (cacat) dan tidak syadz (menyalahi yang lain yang lebih shahih)
  • Penilaian dari segi matan (materi hadits) tidak bertentangan dengan Al Quran, hadits mutawatir, ijma’ yang qath’i (pasti), atau akal sehat. Di tambah dalam lafadznya juga tidak terdapat kejanggalan.
  • Ada yang shahih sanad, dhaif di matan atau sebaliknya dhaif sanad tapi shahih matan.

PENGERTIAN HADITS HASAN

الحَدِيثُ الحَسَنُ، هُوَ مَا إِتَّصَلَ سَنَدُهُ بِعَدْلٍ خَفَّ ضَبْطُهُ مِنْ غَيْرِ الشُّذُوذِ وَلاَ عِلَّةٍ.

Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, perawinya adil, (tetapi) kurang kuat hafalannya, tidak syadz dan tidak ada illat.

والحَسَنُ نَوْعَانِ: حَسَنٌ لِذَاتِهِ وَ حَسَنٌ لِغَيْرِهِHadits Hasan terbagi menjadi 2 bagian:

Hasan Lidzatihi

فَالحَسَنُ لِذَاتِهِ: هُوَ الَّذِي ذَكَرْنَاهُHasan Lidzatihi adalah hadits yang telah diterangkan di muka (pengetian hadits hasan di atas).

Hasan Lighairihi

وَالحَسَنُ لِغَيْرِهِ: هُوَ مَا يَخْلُو إِسْنَادُهُ عَنْ مَسْتُوْرٍ اَو سَيِّئٍ الحِفْظِ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ، وَ يُشْتَرَطُ فِيْهِ ثَلاَثَةُ شُرُوطٍ:

Hasan Lighairihi adalah apa-apa yang tidak kosong dari seorang yang mastur (tidak dikenal), jelek hafalannya atau yang serupa dengan itu, dan disyaratkan dengan 3 syarat:

لاَوَّلُ : اَنْ لاَ يَكُونَ مُغَفَّلاً كَثِيْرَ الخَطَأِ فِيْمَا يَرْوِيْهِ.

Pertama, Tidak ada perawi yang pelupa, yang banyak salah tentang apa yang di riwayatkan.

الثَّانِىِّ: أَلاَّ يَظْهَرُ مِنْهُ مُفْسِقٌ.

Kedua, tidak nampak kefasikannya

الثَّالِثُ : أَنْ يَكُونَ حَدِيْثُهُ قَدْ عُرِفَ بِأَنْ يُرْوَى مِثْلُهُ أَوْ نَحْوُهُ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ أَوْ أَكْثَرَ – منحة المغيث : 8

Ketiga, keadaan haditsnya telah dikenal berdasarkan periwayatan yang sederajat dan semakna dari jalan lain. (Minhatu al-Mugits, hal: 8)

KESIMPULAN

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa:
  • Hadits hasan tu adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, hafalan kurang kuat, sanadnya bersambung, tidak ada illat dan tidak syadz.
  • Hadits hasan dibagi dua, Hasan Lidzatihi (karena Dzatnya) dan Hasan Lighairihi (Hasan karena dukungan hadits lain)
  • Untuk menjadi Hasan Ligharihi disyaratkan; tidak pelupa dan banyak salah, tidak terdapat hal-hal yang membuat fasiq, dan didukung hadits lain yang sederajat baik dalam maknanya atau lafadznya.

DEFINISI HADITS DHAIF

الحديثُ الضَّعِيْف : هُوَ كُلُّ حَدِيْثٍ لَمْ تَجْتَمِعْ فِيْهِ صِفَاةُ القَبُولِ.. وَ قَالَ أَكْثَرُ العُلَمَاءِ : هُوَ مَا لَمْ يَجْمَعْ صِفَةَ الصَّحِيْحِ وَالحَسَنِ.  – أصول الحديث : 337

Hadits dhaif adalah hadits yang tidak terdapat sifat yang dapat diterima didalamnya. Kebanyakan ulama berpendapat: Hadits dhaif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat hadits shahih dan hadits hasan. (Ushul al-Hadits, hal: 337)

KESIMPULAN

Dengan demikian hadits dhaif itu adalah hadits yang tdak memenuhi persyaratan hadits shahih atau hasan, baik dari segi sanad atau matan. Hadits dhaif tidak bisa dijadikan hujjah (alasan) dalam agama.

Post a Comment for "Hadits Shahih, Hasan dan Dhaif"