Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sabar dan Pasrah, Apa yang menjadi Pembeda?



Kita sering mendengar ungkapan, “Sabar ya, semua akan indah pada waktunya.” Tapi di saat yang sama, ada juga yang mengatakan bahwa “ini semua udah takdir.”

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” QS. Al-Baqarah: 153

Dengan persoalan hidup yang sedang dihadapi, seperti kehilangan pekerjaan dikarenakan banyaknya PHK besar-besaran yang dilakukan banyak perusahaan, kegagalan dalam menjalani hubungan percintaan, atau impian yang tak kunjung terwujud. Dari berbagai drama kehidupan tersebut, kita selalu bertanya, apakah ingin bersabar atau justru pasrah? Kedua pilihan tersebut memang terdengar mirip, namun apakah mampu membuat kita menuju arah yang berbeda?

Lalu bagaimana yang kita pahami berkaitan tentang sikap sabar, apakah sama dengan sikap pasrah? Atau justru sikap pasrah itu merupakan bentuk dari sikap sabar? Dan bagaimana Al-Qur’an memberi panduan untuk kita menavigasi dua sikap ini?

Sabar Bukan Diam, Pasrah Bukan Menyerah

Dalam bahasa Arab, kata sabar berasal dari akar kata "ṣa-ba-ra", yang berarti menahan, membendung, dan mengendalikan. Sedangkan pasrah dalam konteks Islam biasanya diartikan sebagai tawakal, yaitu menyerahkan hasil kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.

Namun persoalannya saat ini banyak orang mencampuradukkan antara "Sabar dan Pasrah". Sering kali “pasrah” dijadikan alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Sedangkan dalam ajaran Islam sabar itu bukan hanya berarti berhenti, dan begitu pula dengan pasrah bukan berarti menyerah.

Dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 153 menyatukan dua pilar utama ketika menjalani drama kehidupan: antara sabar dan shalat. Dua-duanya merupakan tindakan aktif. Sabar bukan diam, melainkan pengendalian diri yang harus terus bergerak. Shalat bukan sekadar aktivitas ritual, tapi berpengaruh terhadap menguatkan jiwa dalam menghadapi realita.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat ini diturunkan dalam konteks ujian berat yang dihadapi oleh kaum Muslim awal, yang mengalami tekanan dari luar berupa; ancaman fisik, tekanan ekonomi, dan tekanan dalam berupa ujian keimanan.

Ibn Katsir memberikan penafsiran bahwa ayat ini menjadi pegangan bagi kaum mukmin ketika mereka tidak tahu harus bergantung kepada siapa selain Allah. Dan cara untuk menggantungkan diri kepada Allah bukan dilakukan dengan sikap pasrah aja, melainkan dengan bersikap sabar selalu dan tidak lupa mendirikan shalat.

Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir al-Kabir dalam menafsirkan ayat tersebut, membagi menjadi beberapa bagian, diantaranya; Sabar dalam taat, Sabar dan menjauhi maksiat, dan Sabar dalam menghadapi takdir Allah.

Dengan kata lain, sabar bukan hanya soal menahan sedih, tapi juga soal komitmen dan kedisiplinan spiritual.
Analisis: Perbedaan Sabar dan Pasrah dalam Perspektif Qur’ani

Jika kita telaah lebih jauh, sabar dan pasrah bisa dibedakan secara kontekstual sebagai berikut:

SabarPasrah (Tawakal)Menahan diri sambil tetap berusaha Menyerahkan hasil setelah usaha
Aktif dan penuh kontrol diri Tenang dan yakin pada keputusan Allah
Melibatkan emosi dan logika Melibatkan keimanan dan keikhlasan
Contoh: Belajar dengan tekun meski gagal ujian Tetap tenang meski hasil tak sesuai harapan

Maka ketika kita dalam keadaan sabar, itu bukan berarti kita hanya duduk menunggu keajaiban. Kita tetap bergerak walau pelan, tetap bertahan walau tertatih, dan setelah semua itu dilakukan, pasrahkanlah hasilnya kepada Allah.

Itulah sebabnya mengapa Allah menyebut sabar terlebih dahulu dalam ayat ini. Karena tanpa sabar, kita mudah berhenti. Dan tanpa shalat, kita kehilangan arah dan sandaran.

Di era digital yang membuat cepatnya pertukaran informasi, sabar menjadi barang langka. Kita ingin semuanya didapatkan secara instan: jenjang karir cuk, percintaan, bahkan ketenangan. Ketika sesuatu yang diinginkan tidak sesuai harapan, kita langsung frustrasi, seakan-akan merasa gagal menjadi manusia dibanding manusia lainnya yang padahal juga sedang berjuang, atau bahkan menyalahkan takdir yang Allah berikan.

Tentunya tidak semua hal akan berjalan seperti rencana dan keinginan kita. Tapi semua hal bisa dilewati dengan sikap yang benar. Sabar tidak menjanjikan hasil secara instan, namun memberi jaminan akan selalu dibersamai oleh Allah. Bukankah itu yang kita butuhkan saat semua terasa berat?

Sabar dan pasrah bukan dua hal yang bertentangan, justru keduanya saling berdampingan. Ketika sabar itu meruapakan cara kita untuk tetap berdiri ketika dunia terasa goyah. Pasrah merupakan cara kita menyerahkan hasil tanpa putus harapan.

QS. Al-Baqarah [2] ayat 153 bukan hanya menjadi ayat penghibur ketika kita sedang diberikan bertubi-tubi cobaan yang tak ada akhirnya, melainkan ayat ini menjadi penggerak kita untuk selalu mengajak agar selalu kuat, tapi tidak secara keras, bersikap tangguh tapi tetap lembut.  Bergerak juga harus mengetahui kapan harus berserah.

Jika merasa hari ini sedang diuji, ingatlah bahwasanya Allah tidak menyuruhmu untuk selalu menang. Allah hanya meminta kita untuk sabar dan shalat, karena di situlah letak pertolongan Allah.

Post a Comment for "Sabar dan Pasrah, Apa yang menjadi Pembeda?"